Selasa, 08 Juli 2014

Laporan Observasi ABK "anak Tuna Grahita"




LAPORAN KEGIATAN OBSERVASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)  DI SLB NEGERI UNGARAN
  KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen Pengampu : Ibu Kurniana Bektiningsih

Oleh :
Nama                  :    Nurul Hamidah
NIM                    :    1401412023
Rombel               :   11


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya.
The National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY) mengemukakan bahwa “children with special needs or special needs children refer to children who have disabilities or who are at risk of developing disabilities”.
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat.
Dalam UUD 1945 pasal 31 Ayat (1) menyebutkan bahwa : “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”.  Hal ini menunjukkan bahwa Anak Berkebutuhan khusus berhak mendapat pendidikan seperti hanya anak-anak normal pada umumnya. Namun Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.  Dalam UU No. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional juga telah diatur mengenai pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yaitu  Pasal 32 Ayat (1) : Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Pendidikan Anak berkebutuhan khusus juga diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 1997 tentang penyandang cacat pasal 11 yang berbunyi setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan untuk mendapat pendidikan pada satuan, jalur, dan jenjang pendidikan sesuai jenis dan derajat kecacatan, sedangkan pasal 12 menekankan bahwa setiap lembaga pendidikan memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada penyandang cacat sebagai peserta didik pada satuan, jalur, jenis dan pendidikan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya serta kemampuannya.
Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
Di Negara kita tidak sedikit anak berkebutuhan khusus yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh  Prof dr Sunartini, SpA (K), PhD yang berprofesi sebagai  guru besar pada Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta,  diperkirakan antara 3-7 % atau sekitar 5,5-10,5 juta anak usia di bawah 18 tahun menyandang ketunaan atau masuk kategori anak berkebutuhan khusus. Secara global, tuturnya, diperkirakan ada 370 juta penyandang cacat atau sekitar 7 % populasi dunia, kurang lebih 80 juta di antaranya membutuhkan rehabilitasi. Dari jumlah tersebut, hanya 10 persen mempunyai akses pelayanan.
Melihat dari kenyataan yang ada dilapangan, dimana banyak anak-anak dilingkungan kita yang perlu mendapatkan pelayanan khusus dan ternyata mereka masih belum mendapatkannya sesuai dengan hak-hak mereka. Bagi kita calon Guru terutama sebagai guru pendidikan dasar perlu memahami hal- hal terkait dengan karakteristik anak berkebutuhan khusus, karenan tidak semuanya anak yang akan dididik nantinya adalah anak normal, bisa saja ketika menjadi guru nanti mendapatkan peserta didik yang memiliki dissabilitas.  Oleh karena itu, perlu diadakannya observasi langsung ke SLB untuk melihat dan belajar langsung tentang anak-anak berkebutuhan khusus sebagai bekal dalam mengajar nantinya.
1.2.Rumusan Masalah
1. 2.1      Bagaimana jenis-jenis anak berkebutuhan khusus (ABK) di SD LB?
1. 2.2      Bagaimana karakteristik anak berkebutuhan khusus (ABK)?
1. 2.3      Apa saja permasalahan yang dialami anak berkebutuhan khusus (ABK)?
1. 2.4      Bagaimana layanan dan cara penanganan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK)?

1.3.Tujuan
1. 3.1      Untuk mengetahui jenis-jenis anak berkebutuhan khusus (ABK) di SD LB.
1. 3.2      Untuk mengetahui karkteristik anak berkebutuhan khusus (ABK)
1. 3.3      Untuk mengetahui permasalahan yang dialami anak berkebutuhan khusus (ABK)
1. 3.4      Untuk mengetahui layanan dan cara penanganan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK)

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2. 1 Hakikat Anak Tuna Grahita
Istilah untuk anak tunagrahita bervariasi, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama : lemah pikiran, terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita.
Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Mentally Handicaped, Mentally Retardid. Anak tunagrahita adalah bagian dari anak luar biasa. Anak luar biasa yaitu anak yang mempunyai kekurangan, keterbatasan dari anak normal. Sedemikian rupa dari segi: fisik, intelektual, sosial, emosi dan atau gabungan dari hal-hal tadi, sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk mengembangkan potensinya secara optimal.
Jadi anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai kekurangan atau keterbatasan dari segi mental intelektualnya, dibawah rata-rata normal, sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi, maupun sosial, dan karena memerlukan layanan pendidikan khusus.

2. 2 Penyebab Kelainan anak tuna grahita
Seseorang menjadi tunagrahita disebabkan oleh berbagai faktor. Para ahli membagi faktor penyebab tersebut atas beberapa kelompok.
Strauss membagi faktor penyebab ketunagrahitaan menjadi dua gugus yaitu endogen dan eksogen. Faktor endogen apabila letak penyebabnya pada sel keturunan dan eskogen adalah hal-hal di luar sel keturunan, misalnya infeksi, virus menyerang otak, benturan kepala yang keras, radiasi, dan lain-lain (Moh. Amin, 1995: 62).
Cara lain yang sering digunakan dalam pengelompokan faktor penyebab ketunagrahitaan adalah berdasarkan waktu terjadinya, yaitu faktor yang terjadi sebelum lahir (prenatal); saat kelahiran (natal), dan setelah lahir (postnatal).
Berikut ini akan dibahas beberapa penyebab ketunagrahitaan yang sering ditemukan baik yang berasal dari faktor keturunan maupun faktor lingkungan.
a.       Faktor Keturunan
Penyebab kelainan yang berkaitan dengan faktor keturunan meliputi hal-hal berikut.
1.      Kelainan kromosom, dapat dilihat dari bentuk dan nomornya. Dilihat dari bentuknya dapat berupa inversi (kelainan yang menyebabkan berubahnya urutan gene karena melilitnya kromosom; delesi (kegagalan meiosis, yaitu salah satu pasangan tidak membelah sehingga terjadi kekurangan kromosom pada salah satu sel); duplikasi (kromosom tidak berhasil memisahkan diri sehingga terjadi kelebihan kromosom pada
salah satu sel yang lain); translokasi (adanya kromosom yang patah dan patahannya menempel pada kromosom lain).
2.      Kelainan Gene. Kelainan ini terjadi pada waktu mutasi, tidak selamanya tampak dari luar (tetap dalam tingkat genotif). Ada 2 hal yang perlu diperhatikan untuk memahaminya, yaitu kekuatan kelainan tersebut dan tempat gena (locus) yang mendapat kelainan.
b.      Gangguan metabolisme dan gizi
Metabolisme dan gizi merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu terutama perkembangan sel-sel otak. Kegagalan metabolisme dan kegagalan pemenuhan kebutuhan gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik dan mental pada individu. Kelainan yang disebabkan oleh kegagalan metabolisme dan gizi, antara lain phenylketonuria (akibat gangguan metabolisme asam amino) dengan gejala yang tampak berupa: tunagrahita, kekurangan pigmen, kejang saraf, kelainan tingkah laku; gargoylism (kerusakan metabolisme saccharide yang menjadi tempat penyimpanan asam mucopolysaccharide dalam hati, limpa kecil, dan otak) dengan gejala yang tampak berupa ketidaknormalan tinggi badan, kerangka tubuh yang tidak proporsional, telapak tangan lebar dan pendek, persendian kaku, lidah lebar dan menonjol, dan tunagrahita; cretinism (keadaan hypohydroidism kronik yang terjadi selama masa janin atau saat dilahirkan) dengan gejala kelainan yang tampak adalah ketidaknormalan fisik yang khas dan ketunagrahitaan.
c.        Infeksi dan keracunan
Keadaan ini disebabkan oleh terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih berada dalam kandungan. Penyakit yang dimaksud, antara lain rubella yang mengakibatkan ketunagrahitaan serta adanya kelainan pendengaran, penyakit jantung bawaan, berat badan sangat kurang ketika lahir; syphilis bawaan; syndrome gravidity beracun, hampir pada semua kasus berakibat ketunagrahitaan.
d.      Trauma dan zat radioaktif
Terjadinya trauma terutama pada otak ketika bayi dilahirkan atau terkena radiasi zat radioaktif saat hamil dapat mengakibatkan ketunagrahitaan. Trauma yang terjadi pada saat dilahirkan biasanya disebabkan oleh kelahiran yang sulit sehingga memerlukan alat bantu. Ketidaktepatan penyinaran atau radiasi sinar X selama bayi dalam kandungan mengakibatkan cacat mental microsephaly.
e.       Masalah pada kelahiran
f.       Masalah yang terjadi pada saat kelahiran, misalnya kelahiran yang disertai hypoxia yang dipastikan bayi akan menderita kerusakan otak, kejang, dan napas pendek. Kerusakan juga dapat disebabkan oleh trauma mekanis terutama pada kelahiran yang sulit.
g.       Faktor lingkungan
Banyak faktor lingkungan yang diduga menjadi penyebab terjadinya ketunagrahitaan. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk membuktikan hal ini, salah satunya adalah temuan Patton & Polloway (1986:188) bahwa bermacam-macam pengalaman negatif atau kegagalan dalam melakukan interaksi yang terjadi selama periode perkembangan menjadi salah satu penyebab ketunagrahitaan. Studi yang dilakukan Kirk (Triman Prasadio, 1982:25) menemukan bahwa anak yang berasal dari keluarga yang tingkat sosial ekonominya rendah menunjukkan kecenderungan mempertahankan mentalnya pada taraf yang sama, bahkan prestasi belajarnya semakin berkurang dengan meningkatnya usia.
Triman Prasadio (1982: 26) mengemukakan bahwa kurangnya rangsang intelektual yang memadai mengakibatkan timbulnya hambatan dalam perkembangan inteligensia sehingga anak dapat berkembang menjadi anak retardasi mental.

2. 3 Klasifikasi anak tuna grahita
1.      Tunagrahita Ringan (Debil)
Anak tunagrahita ringan pada umumnya tampang atau kondisi fisiknya tidak berbeda dengan anak normal lainnya, mereka mempunyai IQ antara kisaran 50 s/d 70. Mereka juga termasuk kelompok mampu didik, mereka masih bisa dididik (diajarkan) membaca, menulis dan berhitung, anak tunagrahita ringan biasanya bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas IV SD Umum.
2.      Tunagrahita Sedang atau Imbesil
Anak tunagrahita sedang termasuk kelompok latih. Tampang atau kondisi fisiknya sudah dapat terlihat, tetapi ada sebagian anak tunagrahita yang mempunyai fisik normal. Kelompok ini mempunyai IQ antara 30 s/d 50. Mereka biasanya menyelesaikan pendidikan setingkat ke;las II SD Umum.
3.      Tunagrahita Berat atau Idiot
Kelompok ini termasuk yang sangat rendah intelegensinya tidak mampu menerima pendidikan secara akademis. Anak tunagrahita berat termasuk kelompok mampu rawat, IQ mereka rata-rata 30 kebawah. Dalam kegiatan sehari-hari mereka membutuhkan bantuan orang lain.

4.       Karakteristik anak tuna grahita
Karakteristik anak tunagrahita secara umum berdasarkan adaptasi dari James D. Page (Suhaeri, HN: 1979) sebagai berikut.
1.      Akademik
Kapasitas belajar anak tunagrahita sangat terbatas, lebih-lebih kapasitasnya mengenai hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan membeo (rote learning) dari pada dengan pengertian. Dari hari ke hari mereka membuat kesalahan yang sama. Mereka cenderung menghindar dari perbuatan berpikir. Mereka mengalami kesukaran memusatkan perhatian, dan lapang minatnya sedikit. Mereka juga cenderung cepat lupa, sukar membuat kreasi baru, serta rentang perhatiannya pendek.
2.      Sosial/Emosional
Dalam pergaulan, anak tunagrahita tidak dapat mengurus diri, memelihara dan memimpin diri. Ketika masih muda mereka harus dibantu terus karena mereka mudah terperosok ke dalam tingkah laku yang kurang baik. Mereka cenderung bergaul atau bermain bersama dengan anak yang lebih muda darinya. Kehidupan penghayatannya terbatas. Mereka juga tidak mampu menyatakan rasa bangga atau kagum. Mereka mempunyai kepribadian yang kurang dinamis, mudah goyah, kurang menawan, dan tidak berpandangan luas. Mereka juga mudah disugesti atau dipengaruhi sehingga tidak jarang dari mereka mudah terperosok ke hal-hal yang tidak baik, seperti mencuri, merusak, dan pelanggaran seksual.
3.      Fisik/Kesehatan
Baik struktur maupun fungsi tubuh pada umumnya anak tunagrahita kurang dari anak normal. Mereka baru dapat berjalan dan berbicara pada usia yang lebih tua dari anak normal. Sikap dan gerakannya kurang indah, bahkan diantaranya banyak yang mengalami cacat bicara. Pendengaran dan penglihatannya banyak yang kurang sempurna. Kelainan ini bukan pada organ tetapi pada pusat pengolahan di otak sehingga mereka melihat, tetapi tidak memahami apa yang dilihatnya, mendengar, tetapi tidak memahami apa yang didengarnya.
Karakteristik anak tunagrahita menurut tingkat ketunagrahitaannya.  
1.      Karakteristik Tunagrahita Ringan
Meskipun tidak dapat menyamai anak normal yang seusia dengannya, mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Pada usia 16 tahun atau lebih mereka dapat mempelajari bahan yang tingkat kesukarannya sama dengan kelas 3 dan kelas 5 SD. Kematangan belajar membaca baru dicapainya pada umur 9 tahun dan 12 tahun sesuai dengan berat dan ringannya kelainan. Kecerdasannya berkembang dengan kecepatan antara setengah dan tiga per empat kecepatan anak normal dan berhenti pada usia muda. Perbendaharaan katanya terbatas, tetapi penguasaan bahasanya memadai dalam situasi tertentu. Mereka dapat bergaul dan mempelajari pekerjaan yang hanya memerlukan semi skilled. Sesudah dewasa banyak di antara mereka yang mampu berdiri sendiri. Pada usia dewasa kecerdasannya mencapai tingkat usia anak normal 9 dan 12 tahun.
2.      Karakteristik Tunagrahita Sedang
Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran akademik. Perkembangan bahasanya lebih terbatas daripada anak tunagrahita ringan. Mereka berkomunikasi dengan beberapa kata. Mereka dapat membaca dan menulis, seperti namanya sendiri, alamatnya, nama orang tuanya, dan lain-lain. Mereka mengenal angka-angka tanpa pengertian. Namun demikian, mereka masih memiliki potensi untuk mengurus diri sendiri. Mereka dapat dilatih untuk mengerjakan sesuatu secara rutin, dapat dilatih berkawan, mengikuti kegiatan dan menghargai hak milik orang lain.  Sampai batas tertentu mereka selalu membutuhkan pengawasan, pemeliharaan, dan bantuan orang lain. Tetapi mereka dapat membedakan bahaya dan bukan bahaya. Setelah dewasa kecerdasan mereka tidak lebih dari anak normal usia 6 tahun. Mereka dapat mengerjakan sesuatu dengan pengawasan.
3.      Karakteristik Anak Tunagrahita Berat dan Sangat Berat
Anak tunagrahita berat dan sangat berat sepanjang hidupnya akan selalu tergantung pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidak dapat memelihara diri sendiri (makan, berpakaian, ke WC, dan sebagainya harus dibantu). Mereka tidak dapat membedakan bahaya dan bukan bahaya. Ia juga tidak dapat bicara kalaupun bicara hanya mampu mengucapkan kata-kata atau tanda sederhana saja. Kecerdasannya walaupun mencapai usia dewasa berkisar, seperti anak normal usia paling tinggi 4 tahun. Untuk menjaga kestabilan fisik dan kesehatannya mereka perlu diberikan kegiatan yang bermanfaat, seperti mengampelas, memindahkan benda, mengisi karung dengan beras sampai penuh

2.5. Pendidikan bagi anak Tuna grahita
Sama halnya dengan anak normal, anak tunagrahita membutuhkan pendidikan. Pendidikan dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh individu. Anak tunagrahita sebagaimana manusia lainnya, bahwa mereka dapat dididik (homo educable) dan dapat mendidik (homo educandum).
Tujuan pendidikan yang hendak dicapai oleh tunagrahita tidak berbeda dengan tujuan pendidikan pada umumnya, sebab anak tunagrahita itu sendiri lahir di tengah-tengah masyarakat. Namun tujuan itu bukanlah tujuan yang eksklusif karena diperlukan penyesuaian tertentu dengan tingkatan kemampuan mereka. Tujuan yang terletak di luar jangkauan kemampuan anak tunagrahita tidak perlu dipaksakan harus dikuasai oleh anak tunagrahita.
Untuk itu diperlukan usaha merumuskan tujuan khusus pendidikan anak tunagrahita. Tujuan pendidikan anak tunagrahita, seperti yang diungkapkan oleh Kirk (1986) adalah (a) Dapat mengembangkan potensi dengan sebaik-baiknya; (b) Dapat menolong diri, berdiri sendiri dan berguna bagi masyarakat; (c) Memiliki kehidupan lahir batin yang layak.
Tujuan pendidikan anak tunagrahita dikemukakan oleh Suhaeri HN (1980) sebagai berikut.
a.       Tujuan pendidikan anak tunagrahita ringan adalah (1) agar dapat mengurus dan membina diri; (2) agar dapat bergaul di masyarakat; dan (3) agar dapat mengerjakan sesuatu untuk bekal hidupnya.
b.      Tujuan pendidikan anak tunagrahita sedang adalah (1) agar dapat mengurus diri, seperti makan minum, berpakaian, dan kebersihan badan; (2) agar dapat bergaul dengan anggota keluarga dan tetangga, serta (3) agar dapat mengerjakan sesuatu secara rutin dan sederhana.
c.       Tujuan pendidikan anak tunagrahita berat dan sangat berat adalah (1) agar dapat mengurus diri secara sederhana (memberi tanda atau kata-kata apabila menginginkan sesuatu, seperti makan), (2) agar dapat melakukan kesibukan yang bermanfaat (misalnya mengisi kotak-kotak dengan paku); (3) agar dapat bergembira (seperti berlatih mendengarkan nyanyian, menonton TV, menatap mata orang yang berbicara dengannya).
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 bahwa setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pengajaran. Demikian halnya dengan anak tunagrahita berhak untuk mendapatkan pendidikan. Sekolah-sekolah untuk melayani pendidikan anak luarbiasa (tunagrahita) yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB) atau sekolah berkebutuhan khusus. Sekolah Luar Biasa untuk anak tunagrahita dibedakan menjadi :
1.      SLB – C untuk Tunagrahita ringan
2.      SLB – C1untuk Tunagrahita sedang
3.      Untuk Tunagrahita berat biasanya berbentuk panti plus asramanya
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Observasi
    1.            PROFIL SEKOLAH
a.    Nama sekolah              : SLB Negeri Ungaran
b.    Provinsi                       : Jawa Tengah
c.    Kabupaten                   : Kabupaten Semarang
d.   Kecamatan                  : Ungaran Barat
e.    Desa                            : Genuk
f.     Jalan                            : Kyai Sono Nomor 2
g.    Kode Pos                     : 50512
h.    Telepon                        : (024) 7691 4443
i.      Email                           : slbnungaran@yahoo.com
j.      Status Sekolah             : Negeri
k.    Tahun Berdiri              : 2008
l.      Visi Sekolah                :
Terwujudnya pelayanann yang optimal bagi anak berkebutuhan khusus agar mandiri dapat berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat yang dilandasi Iman dan Takwa”.
m.    Misi Sekolah                :
1.      Membentuk kepribadian anak berbudi luhur beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.      Memberikan Pelayanan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki secara optimal
3.      Memberikan pelatihan dan keterampilan sebagai bekal hidup mandiri ditengah masyarakat
n.    Tujuan
Berlandaskan pada visi dan misi yang telah ditetapkan, maka tujuan pendidikan SLB  Negeri Ungaran adalah :
1.Menjadikan siswa berakhlak mulia dan betagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.Siswa memiliki dasar-dasar pengetahuan,kemampuan, dan ketrampilan untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih.
3.Mewujudkan lembaga pendidikan yang bermutu sehingga mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat.
4.Mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan, sosial, budaya, dan alam sekitar secara optimal untuk  dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja.
o.    Jenis Anak Berkebutuhan Khusus yang terdapat di SLB N Ungaran
A         = Tunanetra
B         = Tunarungu
C         = Tunagrahita Ringan
C1      = Tunagrahita Sedang
D1      = Tunadaksa Sedang
E         = Tunalaras
Autis
    2.            FASILITAS SLB Negeri Ungaran
A.    Fasilitas Sekolah
Untuk menunjang proses pembelajaran diperlukan berbagai macam sarana penunjang antara lain adalah :
-       Gedung sekolah terdiri dari :
·           Ruang Belajar SDLB, SMPLB dan SMALB
·           Ruang Kepala sekolah
·           Ruang Wakil Kepala Sekolah
·           Ruang guru
·           Ruang Tamu
·           Ruang UKS
·           Ruang Perpustakaan
·           Ruang Tata Usaha
·           Ruang Keterampilan
·           Ruang Kesenian
·           Ruang Salon
·           Ruang Tata Boga
·           Lapangan Basket
·           Bak Pasir Lompat Jauh
·           Kantin
·           Sekretariat Komite
·           Dapur
·           Asrama SLB
   Gedung ini bersifat permanen dan merupakan milik sendiri
B.    Perlengkapan/Alat Peraga
Bermacam-macam alat peraga yang kebanyakan merupakan droping dari pemerintah. Meskipun ada yang usaha sendiri. Di dalam kelas juga terdapat gambar peraga seperti gambar pahlawan, gambar presiden, peta, huruf cetak dan lain-lain. Alat peraga setiap kelas berbeda tergantung dari ketunaannya. Di kelas-kelas juga ditempel hasil kerja dan kreatifitas siswa.
C.   Kepegawaian
Dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di SLB ada beberapa tenaga pengajar dan Kepala Sekolah. SLB Negeri Sukoharjo dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang sangat gigih dan berdisiplin tinggi. Dalam pelaksanaan pembelajarannya kepala sekolah dibantu guru-guru yang cukup handal dan profesional
DATA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
 TAHUN 2013/2014
No
Nama
Jabatan
L/P


1
H. Anggaru, S.Pd
Kepala Sekolah
L

2
Ahmad, S.Pd
Wakil Kepala Sekolah
L

3
Dra. Siti Maria
Tata USaha
P

4
Lilik Widawati, S.IP
Koordinator Sarana dan Prasarana
P

5
Sri Aria Wiyana W, S.Pd
Koordinator Bidang Kurikulum
L

6
Paryanta, S.Pd
Koordinator Bidang Pembinaan Kesiswaan
L

7
Sutrisno, S.Pd
Koordinator Bidang Hubungan Kerjasama Masyarakat
L

8
Ida Ayu Putu W, S.Pd
Koordinator Jenjang TKLB
P

9
Suharto, S.Pd
Koordinator Jenjang SDLB
L

10
Tri Maryanti, S.Pd
Koordinator Jenjang SMPLB
P

11
M. Kuri, S.Pd
Koordinator Jenjang SMALB
L

12
Hartini, S.Pd
Koordinator Program Khusus Tuna Netra
P

13
Suharni, S.Pd
Koordinator Program Khusus Tuna Rungu
P

14
Suyati, S.Pd
Koordinator Program Khusus Tuna Grahita
P

15
Siti Suminah. S-GPLB
Koordinator Program Khusus Tuna Daksa
P

16
Al Sudaryatno, S.Pd
Koordinator Program Khusus Tuna Laras
L

17
Lin Apriyana
Koordinator Program Khusus Tuna Ganda
P

18
Sri Dwisa Yuniati, S.Pd
Koordinator Program Khusus Autis
P


D.   Keadaan Siswa
Di SDLB Negeri Ungaran terdapat 117 anak didik dengan klasifikasi 2 anak tunanetra, 33 anak tunarungu wicara, 28 anak tunagrahita ringan 49 anak tuna grahita sedang, dan 2 anak tunadaksa, 1 anak tuna laras dan 2 anak autis.

Ketunaan
Kelas
Jumlah
I
II
III
IV
V
VI
Tuna Netra
-
-
-
-
-
2
2
Tuna Rungu Wicara
3
6
3
6
11
4
33
Tuna Grahita Ringan
4
7
7
3
2
4
28
Tuna Grahita Sedang
3
16
6
8
7
9
49
Tuna Daksa
-
-
-
1
-
1
2
Tuna Laras
-
-
-
-
-
1
1
Autis
-
-
1
-
-
1
2
Jumlah
10
29
17
18
20
22
117

4.      Hasil Wawancara
1.    Narasumber
a.    Nama                           : Siti Suminah
b.    Jenis Kelamin              : Perempuan
c.    Usia                             : 54
d.   Agama                         : Kristen
e.    Pendidikan Terakhir    : S-GPLB
2.    Intrumen Wawancara
a.       Jenis ABK di SLB Negeri Ungaran
Pertanyaan        : Apa saja jenis Anak berkebutuhan yang ada di SLB Ungaran ini?
                        Jawaban            : Ada 7 jenis Anak Berkebutuhan Khusus, tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa , tuna Laras, Tuna Ganda dan yang terakhir autisme. Sebagian Besar dari mereka menderita Tuna Grahita Sedang.
b.      Identifikasi Pembagian Kelas
Pertanyaan          : Bagaimana Sistem Pembagian Kelas di SLB ini?
Jawaban              : Pembagian Kelasnya diatur berdasarkan jenjang mulai dari TK- SD, SMP dan SMA. Jadi dalam satu kelas terdiri dari beberapa tuna. Namun sebagian besar menderita tuna grahita dan untuk tuna yang lain hanya beberapa siswa sehingga tidak menyulitkan.
c.       Identifikasi Pegawai dan Tenaga Pendidik
1.         Pertanyaan           : Apa saja pegawai dan tenaga khusus yang melayani anak berkebutuhan Khusus di SLB ini?
Jawaban                : Pegawai di SLB ini terdiri dari Guru, Psikolog, Guru Keterampilan, Guru Kesenian.
2.      Pertanyaan        : Hal-hal apa saja yang belum terpenuhi dari segi kepegawaian?
Jawaban             : Pemerintah kurang memperhatikan. Dimana di SLB ini terdiri dari TK, SD, SMP, dan SMA. Seharusnya terdapat jumlah guru yang sesuai. Namun karena keterbatasan jumlah guru, jadi banyak guru yang merangkap tugas. Selain itu belum ada petugas terai khusus di setiap tuna jadi belum ada program terapi. Dan juga masih dibutuhkan guru tari.
3.    Pertanyaan           : Hal-hal apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi hal tersebut?
Jawaban                : Sudah berulang kali, dari pihak sekolah mengajukan permintaan guru kepada pemerintah dinas terkait. Baik dipemerintah daerah Kabupaten Semarang dan juga Pemerintah Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah. Namun belum ada tindak lanjut dari pemerintah. Karena itu kami menerima GTT  untuk  melengkapi kekurangan guru yang kami miliki. Para GTT ini bekerja sukarela tanpa gaji. Namun untuk tahun depan ada wacana untuk GTT menerima gaji setara UMR daerah.

d.      Waktu Jam Belajar
Pertanyaan    : Untuk SDLB, berapa lama jam belajar siswa?
Jawaban          : Untuk Kelas 1 dan Kelas 2, mulai pukul 07.30 WIB- 09.30 WIB. Untuk Kelas 3-6, mulai pukul 07.30 WIB – 11.30 WIB. Maksimal jam belajar sampai jam 12.00 WIB

e.       Kurikulum yang digunakan
Pertanyaan    : Bagaimana kurikulum yang digunakan di SDLB negeri Ungaran ini?
Jawaban        : Kami masih menggunakan kurikulum lama. Walaupun sekarang sudah dicanangkan kurikulum 2013. Namun untuk pengaplikasian kurikulum 2013 untuk SDLB dilaksanakan setelah kurikulum di SD terlebih dahulu. Jadi untuk saat ini belum. Bahkan kemarin salah satu guru di SLB ini mendapat tugas menyusun buku Guru dan Buku Siswa untuk SDLB dalam kurikulum 2013.
f.       Identifikasi Upaya pengembangan potensi
Pertanyaan        : Kegiatan apa saja yang dilakukan untuk mengembangkan potensi peserta didik?
Jawaban            : Disekolah ini, dikembangkan keterampilan dan kesenian. Untuk keterampilan meliputi keterampilan menjahit, keterampilan salon dan keterampilan aksesoris. Untuk kesenian kami masih belum memiliki guru tari sehingga belum berjalan optimal. Keterampilan ini ditujukan untuk siswa SMA. Dan untuk SDLB dikembangkan keterampilan menggambar dengan dibina oleh guru tersendiri.
g.      Identifikasi ciri-ciri ABK
Pertanyaan           : Bagaimana cara mengidentifikasi ciri-ciri anak berkebutuhan khusus? Apakah sebelum masuk ke SLB ini harus di test terlebih dahulu?
                     Jawaban                 : Tentunya, sebelum masuk ke SLB ini peserta didik di test dulu sesuai dengan ciri masing-masing, dan nanti dilakukan pengklasifikasian sesuai dengan ketunaannya. Anak-anak berkebutuhan khusus itu setiap jenisnya memiliki ciri yang berbeda-beda, baik dari fisik dan dari tingkah laku. Apalagi tingkat IQ nya. Untuk anak tunanetra, dia tidak mampu melihat, biasanya bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik/kering, atau kerusakan nyata pada kedua bola matanya.
Anak tunarungu cirinya adalah secara nyata tidak dapat mendengar, tingkat pendengaran berbeda-beda setiap anak, sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi menggunakan tangan atau mulutnya, sukar jika diajak bicara, kata yang diucapkan tidak jelas dan suara yang dihasilkan sama dan aneh.
Anak tunagrahita cirinya adalah berfikir lambat, bentuk fisik kadang ada yang tidak seimbang, perkembangan bahasanya lambat.
Anak tunadaksa cirinya adalah IQ rendah, adanya kelumpuhan pada bagian tubuh/otot, susah  bergerak, sebagian besar anak
tunadaksa disini adalah tergolong ke CP(Cerebral Palsy)       a. Anak tuna laras memiliki ciri Tidak mau bergaul dan menyendiri, Melarikan diri dan bertanggung jawab, menyakitan orang lain atau sebaliknya,ingin di puji, tak pernah menyulitkan orang lain, penakut dan kurang pencaya diri, Tidak mempunyai insiatif dan tertanggung jawab, kurangnya keberani-an dan sangat tergantung pada orng lain, Agresif terhadap diri sendiri,curiga,acuh tak acuh, banyak mengkhayal.
Anak Autis cirinya adalah suka melakukan sesuatu berulang-ulang, sikap anak yang satu dan lainnya berbeda.
h.      Identifikasi Proses Pembelajaran
1.        Pertanyaan        : Berapa Jumlah siswa yang Ibu ajar di kelas VI dan jenis ABK apa saja yang ada di kelas VI ini?
Jawaban            : Di kelas VI jumlah siswanya ada 22 anak.  Sebagian besar Mereka menderita tuna grahita sedang dan tuna grahita ringan.
2.        Pertanyaan        : Bagaimana Ibu membedakan antara anak penderita tunagrahita sedang dan tunagrahita ringan?
Jawaban             : Untuk membedakannya dapat dilihat dari ciri-ciri dan tingkah laku yang diperlihatkan anak.
3.      Pertanyaan         : Media apa saja yang ibu gunakan ketika mengajar mereka?
Jawaban               : Media pembelajaran yang digunakan pada pendidikan anak tunagrahita tidak berbeda dengan media yang digunakan pada pendidikan anak biasa sama seperti sekolah pada umumnya. Misalnya Pada pembelajaran ipa, ipa yang diajarkan sangat sederhana, namun kebanyakan yang sudah diajarkan butuh pengulangan pengajaran kembali karena keterbatasan pemikiran mereka.
4.    Pertanyaan        : Metode apa yang diterapkan agar anak-anak dapat mengerti materi yang ibu sampaikan dengan baik?
Jawaban            : Materi dapat dikurangi atau diturunkan tingkat kesulitannya seperlunya, atau bahkan dihilangkan bagian tertentu. Hal ini disesuaikan  dengan tingkat pemikiran anak. Saya tidak boleh memaksa anak untuk  duduk diam mengerjakan latihan karena anak-anak ini mereka gampang bosan. Belajar sesuai dengan keinginan mereka. Namun sebisa mungkin saya tetap memberikan nasehat-nasehat agar mereka tetap  mau belajar.
5.        Pertanyaan           : Hambatan dan kendala apa saja yang ibu rasakan saat menangani mereka dikelas?
Jawaban           : Hambatan dan kendalanya adalah sulitnya komunikasi antara guru dan murid yang mengakibatkan lamanya pembelajaran, karena anak tunagrahita memang  memiliki IQ rendah,  dengan tingkat IQ yang berbeda-beda menjadi penghambat dalam proses pembelajaran.
6.        Pertanyaan           : Bagaimana cara menangani hambatan dan kendala yang Ibu alami saat mengajar di kelas?
Jawaban                : Ya harus sabar menghadapi dan mengajarkan materi kepada anak-anak. Misalnya dalam mengajar matematika, harus melalui dua metode untuk anak tuna grahita sedang dan tuna grahita berat. Karena mereka terkadang gampang bosan dan bermain semaunya sendiri harus dilakukan juga layanan individu dan layanan sosial kepada setiap anak. Dan mereka diberi pengertian dan pengarahan bahwa mereka sama dengan yang lainnya.
7.    Pertanyaan           : Bagaimana sistem evaluasi yang dilaksanakan untuk mengukur tingkat kemampuan anak?
Jawaban               : Menggunakan test. Namun hanya dengan bentuk pilihan ganda atau jawaban isian yang sudah ada pilihan jawabannya. Karena mereka sulit untuk bepikir menemukan jawaban sendiri. Hanya 2 siswa yang sudah bisa berpikir jawaban sendiri. Karena sebagian dari mereka masih ada yang belum bisa membaca dan ada yang belum bisa menulis.
3.2.Pembahasan
Ibu Siti Suminah mengajar di Kelas VI SDLB Negeri Ungaran. Dikelas VI ini anak-anak menderita tuna grahita sedang dan tunagrahita berat. Untuk membedakan diantara kedua jenis tunagrahita ini, yang dilakukan Ibu Suminah adalah dengan mengamati ciri-ciri yang ada dalam diri anak.
Ciri-ciri dari segi Fisik (Penampilan) :
·         Hampir sama dengan anak normal
·         Kematangan motorik lambat
·         Koordinasi gerak kurang
·         Anak tunagrahita berat dapat kelihatan
Ciri-ciri dari segi intelektual :
·         Mereka sulit memahami hal- hal yang bersifat akademik.
·         Anak tunagrahita sedang kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 7, 8 tahun IQ antara 30 – 50
·         Anak tunagrahita berat kemampuan belajarnya setaraf anak normal usia 3 – 4 tahun, dengan IQ 30 ke bawah.
Ciri-ciri dari segi Sosial dan Emosi
·         Suka menyendiri
·         Mudah dipengaruhi
·         Kurang dinamis
·         Kurang pertimbangan/kontrol diri
·         Kurang konsentrasi
·         Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain.

Salah seorang anak yang menderita tunagrahita ringan di SDLB Negeri Ungaran saya saya temui  berusian 12 tahun dan duduk di Kelas VI. Dia anak kedua dari 2 bersaudara. Dia adalah seorang anak yatim yang ditinggal ibunya dalam kecelakaan.  Penyebab ketunaan yang dialami karena faktor kecelakaan hebat yang menimpa si anak dan Ibunya sampai ibunya meninggal dunia. Kecelakaan yang menimpanya membuat daya kerja otaknya menurun, dan meninggalnya ibunya menyebabkan depresi yang hebat sehingga menyebabkan si anak terganggu mentalnya.
Pulang dan berangkat sekolah selalu diantar dan dijemput oleh kakak laki-lakinya. Secara sepintas dia terlihat seperti anak normal. Karena memang ketunaannya tidak karena dari lahir. Tapi terkadang dia suka bermain sendiri, berbicara sendiri.
Dalam mengajar anak grahita, Ibu Siti dengan sabar mengatur murid-murid untuk mengikuti pelajaran. Terkadang Suasana kelas mudah berubah menjadi  kurang teratur karena murid-murid mudah bosan sehingga mereka sering melakukan kegiatan yang berbeda-beda di kelas. Bu Siti harus mengatur siswa-siswanya satu persatu, memperhatikannya dan mendampinginya. Beliau tidak memaksa anak untuk duduk diam mengerjakan latihan ketika anak merasa bosan.  Kelonggaran seperti istirahat atau pulang terlebih dahulu juga diberikan agar anak tidak jenuh belajar dan datang ke sekolah
Dalam mengajar Bu siti juga mengalami beberapa tantangan seperti menahan emosi ketika menghadapi anak yang sangat susah diatur, mencoba berbagai kreativitas dan permainan baru ketika anak mulai merasa jenuh untuk belajar, dan memerlukan tenaga ekstra dalam menghadapi anak-anak. Dalam pelajaran matematika misalnya beliau harus mengajar dengan sabar dengan dua cara untuk anak tuna grahita sedang dan anak tuna grahita berat. 
Berdasarkan hasil pengamatan menurut saya, Interaksi antara murid terlihat sangat baik, secara sekilas mereka terlihat seperti anak normal lainnya. Hanya saja ketika sudah memasuki jam pelajaran, mereka memang anak yang berbeda. Pada awalnya, mereka antusias mengikuti pembelajaran , setelah beberapa saat mereka mulai kembali lagi berperilaku sesuai dengan keinginan mereka masing-masing. Sering muncul pertengkaran kecil diantara mereka. Namun Ketika mereka saling bertengkar, mereka akan cepat melupakan masalahnya.

Selain memiliki tantangan, bagi beliau mengajar anak ABK cukup menarik karena ia dapat mengerti mengenai berbagai sifat-sifat yang tidak ia temui di masyarakat luas, ia juga senang ketika berhasil menangani anak-anak tuna grahita. Dalam mengajar anak tuna grahita, Ibu Siti  tidak memiliki metode khusus hanya ia selalu mencari ide-ide baru seperti belajar di taman agar anak tidak merasa bosan. Menurut beliau, seorang anak tuna grahita terutama yang masih anak-anak, belum dapat mandiri sehingga masih harus selalu mendapat bimbingan orang tua dan guru. Bagi beliau, anak grahita sama seperti anak lainnya. Mereka juga memiliki kesempatan untuk menjadi seperti anak normal lainnya

3.3.Refleksi
Banyak pengalaman dan ilmu baru yang didapat dari SLB terutama berkaitan dengan anak-anak berkebutuhan khusus baik dari segi pendidikan, sosial, maupun perkembangan. Ini adalah pertama kalinya kunjungan ke SLB. Senang rasanya dapat berkumpul bersama mereka walau hanya beberapa jam saja. Ternyata anak-anak berkebutuhan khusus ini memiliki rasa percaya diri, solidaritas, dan keakraban yang tinggi antar sesama. Dan ketika pertama kali bertemu dengan orang baru mereka tanpa rasa canggung mengajak berkenalan, berkomunikasi dan bermain bersama sesuai dengan kemampuan mereka.  Hal yang tak terduga sebelumnya. Berinteraksi dengan mereka sangat berkesan. Meskipun sulit untuk memahami dan merespon dengan cara berkomunikasi mereka.
Dari hal tersebut dapat diambil pelajaran  bahwa kita harus percaya diri dan tidak boleh  merasa minder dengan kekurangan yang kita miliki. . Dan  bahwa setiap orang yang memiliki kekurangan juga memiliki kelebihan yang luar biasa seperti anak-anak di SLB ini.
Observasi ini juga menambah pengalaman baru bagi penulis. Yaitu  Motivasi mengajar dari guru- guru yang sangat tulus dan dijalani dengan ikhlas menunjukkan sikap kedewasaan tingkat tinggi yang layak diteladani dalam melayani sesama. Bahkan tak sedikit dari mereka yang secara sukarela tanpa gaji untuk mengajar anak-anak yang membutuhkan pelayanan khusus ini. Sungguh pantas mereka mendapat gelar pahlawan tanpa tanda jasa.


BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai kekurangan atau keterbatasan dari segi mental intelektualnya, dibawah rata-rata normal, sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi, maupun sosial, dan karena memerlukan layanan pendidikan khusus. Salah seorang anak yang menderita tunagrahita ringan di SDLB Negeri Ungaran berusian 12 tahun dan duduk di Kelas VI. Penyebab ketunaan yang dialami karena faktor kecelakaan hebat yang menimpa si anak dan Ibunya sampai ibunya meninggal dunia dan menyebabkan si anak terganggu mentalnya. Meskipun tidak dapat menyamai anak normal yang seusia dengannya, dia masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana.
Bentuk Pelayanan yang diberikan di SDLB Ungaran sudah baik meliputi pengembanagn kesenian, keterampilan dengan fasilitas yang memadai serta guru-guru dalam bidangnya. Selain itu juga tiap kelas ada petugas psikologis yang membantu guru saat pembelajaran.

4.2. Saran
Sebagai calon guru, sudah sepantasya kita peduli dengan anak- anak disekeliling kita. Berikan hak-hak anak-anak berkebutuhan khusus semaksimal mungkin seperti halnya anak normal. Bersama-sama dengan orang tua hendaknya kita Memberikan perhatian khusus kepada anak berkebutuhan khusus agar membantu mereka  untuk mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya dengan mendukung kegiatan yang positif bagi anak ABK.





.

DAFTAR PUSTAKA

Tina Tuslina. 2012. Perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus di Indonesia http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/20/perkembangan-pendidikan-anak-berkebutuhan-khusus-di-indonesia-463559.html. Diunduh : 20 Juni 2014
Shinta Ratna Cahyani . 2013. Anak Berkebutuhan Khusus. http://ratnashintaa. blogspot.com/2013/01/anak-berkebutuhan-khusus_4974.html Diunduh : 20 Juni 2014

1 komentar:

RUQYAH DAN BEKAM mengatakan...

boleh capas sebagai refrensi ya....

Posting Komentar